Sports Arena – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyayangkan ketidakkonsistenan pemberian bonus juara liga yang dilakukan operator PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Oleh sebab itu, menuju musim kompetisi musim 2023 yang akan bergulir 1 Juli nanti, pihaknya akan meminta LIB melakukan audit dan menyampaikan secara terbuka mengenai pembagian kompensasi dari hak siar serta sponsor.
Menurut Erick, keterbukaan terhadap seluruh pihak yang terlibat wajib dilakukan untuk memastikan pengelolaan kompetisi Tanah Air dapat berjalan di rel yang benar.
Terkini:
- Kontingen Indonesia Dihuni 599 Atlet di SEA Games 2023
- Juara MotoGP Amerika, Alex Rins Dongkrak Posisi di Klasemen
- PBSI Buru Tiga Gelar di Kejuaraan Badminton Asia
“Audit ini diperlukan agar terjadi kejelasan dan perbaikan pada pengelolaan keuangan pada seluruh pemangku kepentingan persepakbolaan Indonesia. Saya akan lakukan bersih-bersih. Harus bisa dipertanggungjawabkan. Apa yang di Liga dan apa di PSSI. Semua harus terbuka agar tidak saling menyalahkan atau menjatuhkan. Baik Liga, PSSI, maupun Klub,” ujar Erick Thohir.
Dia menambahkan, faktor ketidakkonsisten LIB dalam hal bonus kepada juara liga menjadi pemicu perlu dilakukan audit dan penjelasan secara transparan. Oleh sebab itu, sebelum Liga berjalan, hal-hal menyangkut keuangan dan manajeman harus sudah dijelaskan dan jangan ada yang disembunyikan, termasuk terkait adanya pembayaran yang dilakukan operator kompetisi kepada federasi.
“Nah, hal ini juga akan saya audit nanti, uangnya kemana. Tanpa menyalahkan siapa – siapa. Kan mau terbuka. Apalagi sepakbola ini milik rakyat. Kami ini hanya ditugaskan untuk membersihkan,” kata Erick Thohir.
Dia juga menyebutkan bahwa di Indonesia, komposisi kepemilikan Liga menetapkan PSSI memiliki saham yang jumlahnya 1 persen sehingga federasi mendapatkan porsi pendapatan berdasarkan saham tersebut.
“Hal ini juga akan diaudit, termasuk digunakan untuk kepentingan apa dan dihitung sebagai penerimaan apa di PSSI pemasukan dari saham itu. Di Malaysia, federasi sepakbola memiliki saham 60 perse di liganya. Tapi di Indonesia sangat demokrasi, hanya 1 persen. Luar biasa. Namun, saya akan tetap hormati keputusan para pendahulu kita. Saya hormati kesepakatan sebelumnya,” ujarnya.
Polemik terkait operator resmi kompetisi kembali mencuat kepermukaan pasca diumumkannya bahwa PSM Makassar selaku juara Liga 1 musim 2022/2023 tidak mendapat hadiah berupa uang tunai dan hanya berhak atas trofi juara saja.