Sports Arena – Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) menggelar hari ulang tahunnya yang ke-61 di Bengkel Space, Jakarta.
Ia mengungkapkan perjalanan hidup yang dilaluinya hingga saat ini tidaklah mudah dan penuh liku.
“Apa yang saya capai hari ini bukanlah sesuatu yang mudah dan instan. Perjuangan yang saya lalui penuh dengan darah, keringat, dan air mata,” kata Bamsoet, Minggu (10/9).
Dalam kegiatan yang berlangsung Minggu (10/9) malam, Bamsoet menjelaskan dirinya terlahir dari keluarga tentara dengan ekonomi yang pas-pasan, Bamsoet kecil jauh dari hidup mewah. Sejak SD, SMP hingga SMA, ia masuk sekolah negeri karena biayanya yang murah.
Berita Terkini:
- Timnas Indonesia Melaju ke Putaran Final Piala Asia U-23 2024
- Vidya Rafika Bidik Emas di Asian Games 2022 Hangzhou
- Iwan Bule Terharu Indonesia Lolos ke Piala Asia U-23 2024
“Sejak SMP sudah ditinggal wafat ayah saya dan bersama ibu sebagai orang tua tunggal berusaha hidup mandiri dengan lebih banyak cerita dukanya ketimbang cerita sukanya,” imbuhnya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan semasa lulus dari SMA, ia sebenarnya ingin melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tetapi gagal. Bamsoet kemudian memilih masuk kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya. Ia mengungkapkan biaya masuk ke Universitas Jayabaya saat itu diperoleh dengan menjual beberapa petak sawah di kampung.
“Saat kuliah saya kos bersama teman-teman kuliah di Jayabaya, seperti mantan Menteri Kehutanan MS Kaban, Bursah Sarnubi, Eggy Sujana, dan lain-lain. Kamar saya hanya seukuran 2×3 meter. Mandi dengan nimba air dari sumur. Pas akhir bulan, datang tagihan bayar kos, kita suka saling main tunjuk-tunjukan siapa yang harus bayar kos,” kenang Bamsoet.
Lebih lanjut, ia menuturkan pengalaman semasa kuliahnya yang tidak terlupakan. Salah satunya, saat Bamsoet bersama rekan-rekan makan nasi goreng di suatu malam.
Ketika hendak membayar, ternyata tidak ada satupun yang membawa uang. Akhirnya, Bamsoet diam-diam mengambil sepatu kets baru milik MS Kaban untuk membayar nasi goreng yang mereka makan.
“Saat menjadi jurnalis saya juga pernah menjual berbagai kebutuhan pokok. Seperti sayur, bawang merah, dan telur di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Karena tidak memiliki modal, saya terpaksa menggadaikan barang-barang yang dimiliki. Termasuk jam tangan kesayangan pemberian almarhum ayah saya,” kata Bamsoet.
Isu Aktual dan Kegalauan Lewat Tulisan
Di usianya yang menginjak 61 tahun ini, Bamsoet mengaku semangatnya untuk tetap menulis tidak surut. Baik artikel di media massa maupun menulis buku. Setiap harinya Bamsoet merespons isu-isu aktual yang terjadi di Tanah Air, kemudian dikirim ke media massa. Bamsoet pun hingga kini telah menulis sebanyak 31 judul buku.
Bertepatan dengan ulang tahun ke-61, Bamsoet meluncurkan dua buah buku. Kedua buku tersebut berjudul ‘PPHN Menuju Indonesia Emas 2045′ dan ‘News Maker’ – Satu Dasawarsa The Politician Senayan’.
Bamsoet menjelaskan, dalam buku berjudul PPHN Menuju Indonesia Emas 2045 berisikan tentang kegalauan dirinya soal haluan negara. Dia menilai, saat ini Indonesia tidai memiliki rencana jangka panjang.
“Sebetulnya dari buku ke-31 ini banyak kegalauan yang saya suarakan, mulai dari skandal Century hingga saat ini apa yang saya galaukan? Galau pertama, karena saya melihat bangsa ini negara kita ini sampai hari ini belum memiliki suatu rencana jangka panjang,” kata Bamsoet dalam sambutannya di kawasan SCBD Jakarta.
“Yang memikat dari satu jabatan dan satu periode presiden ke presiden berikutnya, karena kita hanya berdasarkan visi misi presiden sehingga tidak ada kesinambungan pembangunan dan tidak ada pemantapan yang pasti bangsa ini akan dibawa ke mana,” sambungnya.
Selain itu, Bamsoet menyinggung soal peta koalisi partai politik (parpol) di Indonesia bisa berubah setiap saat tergantung situasi dan cuaca politik di Tanah Air.
Hal tersebut diungkapkan Bamsoet sambil berkelakar saat Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani duduk berdampingan bersama Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid dalam acara peluncuran buku itu.
“Pak Arsul terima kasih atas kehadirannya, beliau wakil ketua MPR RI dari PPP. Satu lagi Kiai Haji Hidayat Nur Wahid dari PKS, kebetulan duduk bersebelahan lain koalisinya. Mudah-mudahan kalau tidak ada halangan melintang, saya yakin dan percaya koalisi yang ada saat ini bisa berubah-ubah, tergantung situasi dan cuaca politik,” terang Bamsoet.
hasil dari kegiatan yang menyalurkan hobi itu, akhir Agustus lalu, Bamsoet mendapatkan dua rekor penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai ‘Ketua DPR RI sekaligus Ketua MPR RI Penulis Buku Terbanyak dengan total 31 Judul Buku’ serta ‘Ketua DPR RI sekaligus Ketua MPR RI Yang Merespons Masalah Kenegaraan Aktual Setiap Hari Secara Berkesinambungan’.
“Saya mempunyai prinsip ‘kalau kamu ingin hidup selamanya, maka menulislah’. Jadi itulah yang saya lakukan agar saya tetap hidup. Minimal pikiran-pikiran saya dapat dibaca dapat dipahami dan dapat diketahui oleh generasi penerus yang akan datang,” pungkas Bamsoet.
Acara peluncuran kedua buku terbaru Bamsoet berlangsung di komplek SCBD Jakarta tersebut akan diikuti dengan diskusi serta bedah buku dengan beberapa narasumber dari politikus dan influencer.
Antara lain, ada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, Wakil Ketua MPR Asrul Sani, Rektor IPB Arief Satria, Kelirulogi/Pendiri MURI Jaya Suprana, dan wartawan senior Wina Armada. Adapula influencer Deddy Corbuzier serta Baim Wong.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Sports Arena, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Twitter dan TikTok.