Sports Arena – PSSI menggelar workshop kepelatihan wasit. Namun kali ini, bukan para pengadil di lapangan yang turut hadir, melainkan awak media.
Dihadiri oleh Wakil Komite Wasit PSSI, Ogawa Yoshimi, para jurnalis yang berbasis di Jakarta mendapat informasi terbaru mengenai Law of The Game [LOTG]. Pria asal Jepang ini juga bercerita jika menjadi wasit bukan perkara gampang.
Menurutnya, wasit seperti pisau bermata dua. Jika keputusan yang diambil tepat, mereka akan mendapat apresiasi. Dan sebaliknya, jika tidak, mereka akan menjadi bulan-bulanan fan.
Berita Terkini:
- Gavi Jadi Tumbal Kemenangan La Roja, Terancam Absen Hingga Akhir Musim
- Novak Djokovic Sempurnakan Rekor Juara di ATP Finals 2023
- Manchester United Kejar Griezmann, Erik Ten Hag Beri Restu!
“Saya bisa bercerita kepada Anda semua bagaimana profesi ini saya jalani dulunya. Saya adalah seorang wasit di sebuah liga yang fanatik akan sepak bola,” tutur Ogawa di Auditorium Telkom Hub, di Jakarta Pusat.
“Keluarga saya memahami dan mendukung apa yang saya kerjakan. Mereka terkadang ikut menyaksikan pertandingan sepak bola yang saya pimpin.”
“Hanya saja, pada akhirnya, mereka menyerah. Sebab, apa pun keputusan yang saya ambil, tidak bisa membahagiakan semua pihak. Meski saya berpendapat, saya sudah berlaku adil, tetap saja para fan akan menilai keputusan saya jelek dan mengejek saya” kata dia menjelaskan.
Menjadi wasit memang tidak gampang. Apalagi, jika memimpin pertandingan di kompetisi sepak bola Indonesia. Salah bisa jadi benar, benar bisa jadi salah.
Melihat fenomena ini, Ogawa mengangguk paham. Hanya saja, yang mesti diluruskan adalah situasi yang ada di dalam lapangan berbeda dengan apa yang dilihat oleh penonton di tribun atau layar kaca televisi.
Terkadang, wasit tidak berada di posisi yang menguntungkan melihat situasi. Beberapa faktor kendala yang sudah lazim terjadi adalah terhalang oleh sudut pandang.
Ogawa kemudian menunjukkan beberapa potongan pertandingan yang melibatkan insiden pelanggaran. Salah satunya laga Persebaya vs Barito Putera dalam lanjutan Liga 1 2023.
Adapun, dalam video tersebut, salah satu penggawa Persebaya, Song Ui-Young mendapat kawalan dari dua bek Barito Putera, Hasyim Kipuw dan Bagas Kaffa saat menerobos kotak penalti Barito Putera. Song berhasil lepas dari penjagaan. Lalu, ada tarikan dari Bagas yang membuat pemain asal Singapura itu jatuh.
Tayangan ulang di layar kaca televisi menangkap momen tersebut dengan jelas. Namun, wasit Thoriq Alkatiri yang memimpin di lapangan tidak memberikan penalti atas insiden tersebut.
Ogawa kemudian menanyakan satu per satu pandangan mereka terhadap insiden tersebut. Pelbagai jawaban terlontar. Ada yang bilang penalti dan ada juga yang tidak.
Menariknya, Ogawa menaruh rispek terhadap jawaban-jawaban berbeda dari awak jurnalis. “Tak ada yang salah dengan apa yang Anda sampaikan,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ogawa mengatakan tak ingin mencari salah dan benar. Sebab, tugasnya adalah mengevaluasi terkait kinerja wasit yang memimpin laga tersebut.
“Ada satu yang mestinya bisa kita evaluasi. Pertama, jarak antara wasit dan insiden pelanggaran itu terlalu jauh. Itulah yang membuat pandangan wasit menilai itu bukan sebuah pelanggaran melainkan jatuh sendiri.”
“Kedua, jika salah satu pihak yang merasa dirugikan dan memprotes asisten wasit, itu juga tidak bisa dilakukan. Sebab, untuk memutuskan pelanggaran atau tidak, ada di pada wasit karena posisi asisten wasit sangat jauh dari areanya.
Komite Wasit PSSI Ajak Semua Pihak Pahami LOTG
Pelatihan-pelatihan yang diberikan Ogawa tak hanya berkutat pada itu saja. Ada beberapa LOTG yang sempat diberikan agar semua mata terbuka tentang 17 pasal yang sudah dimuat dalam IFAB tersebut.
“Tidak semua peristiwa di lapangan bisa diukur dengan LOTG yang jumlahnya cuma 17 pasal itu, semua dikembalikan ke logika tetapi tetap dengan mengacu ke pemahaman rules yang mereka yakini,” ucap Ogawa.
Terakhir, Ogawa mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama membangun sepak bola Indonesia agar lebih baik lagi. Pria yang sudah memimpin sejumlah pertandingan di J League sejak 1993 silam ini bilang ada peran media di balik suksesnya sepak bola sebuah negara.
“Ini penting, tapi jangan sampai juga kami terlalu dekat (wasit dan media). Kita sama-sama tahu saja. Menjadi wasit itu sulit, menjadi jurnalis itu juga sulit,” ucapnya.
“Wasit di Indonesia sekali mengambil kesalahan langsung diistirahatkan. Tapi pemain sekali blunder mungkin masih akan bermain lagi, kecuali melakukan kesalahan berulang-ulang. Sementara wasit perlu meningkatkan kompetensinya dengan jam terbang.”
“Pertemuan ini tujuannya untuk sama-sama memahami di antara semua pihak yang terlibat di sepakbola termasuk pemain, klub, wasit, media, dan juga pihak lainnya.”
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Sports Arena, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Twitter dan TikTok.