Sports Arena – Coco Gauff mengukir sejarah di dunia tenis dengan menjadi juara termuda di WTA Finals sejak Maria Sharapova.
Dalam final yang penuh ketegangan di King Saud University Indoor Arena, Riyadh, Gauff, unggulan ketiga asal Amerika Serikat, berhasil mengalahkan petenis Tiongkok Zheng Qinwen dengan skor 3-6, 6-4, 7-6(2), Sabtu (9/11).
Gauff yang berusia 20 tahun ini memerlukan waktu tiga jam empat menit untuk memastikan kemenangannya dalam final WTA Finals, turnamen penutup musim yang mempertemukan delapan petenis terbaik dunia. Ini merupakan terpanjang sejak catatan waktu pertandingan dimulai pada 2008.
Berita Terkini:
- Fikri/Daniel Melangkah ke 16 Besar Korea Masters 2024
- Jelang Piala Asia U20, Timnas Gelar Pemusatan Latihan di Jepang
- Johannis Winar Agendakan Uji Coba Jelang Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025
Kemenangan ini semakin mempertegas posisi Gauff sebagai salah satu bintang muda yang paling bersinar di kancah tenis dunia.
Perjalanan Gauff menuju gelar juara tidak mudah. Ia sempat tertinggal satu set dari Zheng dan harus berjuang keras untuk mengatasi keunggulan lawannya. Pada set kedua, Gauff berhasil bangkit dan mematahkan servis Zheng, mengubah jalannya pertandingan menjadi lebih kompetitif.
Di set penentuan, Gauff sekali lagi tertinggal, namun berhasil mengejar hingga pertandingan harus ditentukan melalui tiebreak.
“Ketika pertandingan hampir berakhir dan saya jatuh ke lantai, saya merasa sangat lega. Saya berjanji untuk hanya merayakannya seperti ini di Grand Slam, tapi kali ini saya terlalu lelah dan terlalu bahagia,” ujar Gauff dengan senyum lebar usai pertandingan.
Gelar Bersejarah dan Hadiah Terbesar
Kemenangan ini menjadikan Gauff sebagai juara termuda WTA Finals sejak Maria Sharapova yang meraih gelar pada 2004 di usia 17 tahun. Tidak hanya itu, Gauff juga membawa pulang hadiah terbesar dalam sejarah WTA Tour, yakni sebesar 4,8 juta dolar AS atau sekitar Rp75,2 miliar, menjadikannya sebagai salah satu petenis dengan pencapaian finansial terbesar di akhir musim.
Gauff juga mengamankan peringkat ketiga dunia untuk tahun kedua berturut-turut, semakin memperkuat statusnya sebagai salah satu pemain terbaik generasi muda.
Momen Bersejarah dalam Karier
Gauff mengawali kariernya dengan mencuri perhatian saat mencapai babak keempat Wimbledon 2019 di usia 15 tahun. Sejak itu, ia terus menunjukkan peningkatan hingga berhasil memenangkan Grand Slam pertamanya di AS Terbuka 2023.
Kemenangan di WTA Finals ini menambah deretan prestasi gemilangnya, menjadikan Gauff sebagai ikon baru tenis Amerika.
Dengan semangat juangnya yang tinggi, Gauff berhasil mengalahkan dua pemain terbaik dunia di WTA Finals kali ini, yakni Aryna Sabalenka di semifinal dan Iga Swiatek di fase grup.
Prestasi ini mencatatkan Gauff sebagai petenis termuda sejak Kim Clijsters pada 2002 yang mampu mengalahkan peringkat satu dan dua dunia dalam satu turnamen WTA Finals.
Masa Depan Cerah bagi Tenis Dunia
Kemenangan Gauff di Riyadh menjadi bukti bahwa generasi baru tenis wanita siap mendominasi panggung internasional. Zheng Qinwen, meski kalah, juga menunjukkan performa yang mengesankan sepanjang turnamen, memperlihatkan bahwa persaingan antar talenta muda akan semakin sengit pada masa mendatang.
Dengan semangat dan kerja keras yang diperlihatkan oleh Gauff dan Zheng, masa depan tenis dunia terlihat semakin cerah. Gauff kini akan beristirahat sejenak untuk mempersiapkan musim depan, membawa semangat dan tekad baru untuk mempertahankan gelarnya dan meraih lebih banyak prestasi pada tahun-tahun mendatang.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Sports Arena, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Twitter dan TikTok.