Sports Arena – Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Dr Ria Lumintuarso, M.Si mengapresiasi calon Ketua Umum PSSI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti yang menurutnya open minded dengan visi dan misi yang jelas, terarah dan terukur.
“Patut kita apresiasi bahwa Pak La Nyalla ini sangat terbuka kepada semua pihak, visi dan misinya juga jelas dan terukur. Tujuannya adalah kemajuan sepakbola Indonesia,” kata Prof Ria saat menyampaikan materi dalam acara bertajuk “Nya11a, Asprov PSSI Strategic Role LaNyalla Vision” di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (7/2).
Menurut Prof Ria, saat ini ia melihat sepertinya PSSI berada di zona nyaman. Oleh karenanya, La Nyalla datang dengan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Terkini:
- Leo/Daniel Tembus Peringkat 10 Besar Dunia
- Kyrie Irving Akhirnya Tinggalkan Brooklyn Nets
- Erick Thohir Menepis Adanya Rivalitas dengan La Nyalla Mahmud Mattalitti
“Ketika kita ingin mengubah sesuatu, maka kita harus melihat kelemahan kita dulu. PSSI sepertinya berada di zona nyaman,” ujar Prof Ria.
Saat ini, Prof Ria melanjutkan, diperlukan manajemen yang efektif, berkapasitas dan profesional. Tujuannya, tentu untuk membawa sepakbola ini ke arah yang lebih baik lagi.
“Dukungan finansial dari pusat ke daerah sebagaimana disampaikan Pak La Nyalla dalam paparannya, tentu harus dijadikan pemacu untuk menciptakan industri sepakbola yang sehat, sekaligus prestasi gemilang,” kata Prof Ria.
Saat ini, ia melanjutkan, sport industri sudah bergulir cukup baik. Itu dibuktikan dengan tingginya nilai jual klub di mata investor.
“Tapi nilai ungkit prestasi juga harus dibarengi. Ini yang menjadi strategi ke depan. Dukungan pusat ke daerah dalam hal finansial, itu sangat positif. Harus menjadi alat picu awal. Ada prestasi ada industri,” terang Prof Ria.
Tentu pendekatan yang harus dilakukan adalah event dan pembinaan. Keduanya harus berjalan beriringan. “Pembangunan sepakbola berbasis event itu berarti diperlukan independensi, terstruktur dan akuntabel. Sedangkan menjualnya diperlukan positioning, image dan identity,” paparnya.
Ditekankannya, untuk program pembinaan harus berjenjang dan jangka panjang. “Sistem kompetisi harus ditata dengan baik. Kita harus disiplin terhadap hal itu, sebagaimana telah dipaparkan oleh Pak La Nyalla,” ujarnya.
Sementara Ketua Asprov PSSI Jabar, Tommy Apriantono dalam paparannya menjelaskan, harkat dan martabat bangsa diangkat oleh salah satunya olahraga.
“Prestasi olahraga di level internasional menjadi barometer sistem pembinaan keolahragaan. Sejak Sea Games 1991, prestasi sepakbola Indonesia fluktuatif,” ujarnya.
Tommy menyebut ada empat pilar pembinaan sepakbola yakni usia dini, kompetisi, pelatih dan timnas. “Pembinaan usia dini belum dikelola dengan benar baik pengenalan dan pemasalan. Filanesia belum dimassifkan. Tidak ada kompetisi yang berlangsung lama untuk usia remaja,” tutur Tommy.
Di sisi lain, dalam hal kepelatihan, Tommy menyebut sesungguhnya pelatih yang membuat pemain menjadi andal dalam mengolah si kulit bundar. Tapi pendidikan kepelatihan tidak diperhatikan dengan baik. Kalau Indonesia mau berprestasi, harus mengubah cara berlatihnya,” papar Tommy.
Sedangkan Jeysing Muthiah (FIFA Development/Football Consultant) menegaskan, paparan yang disampaikan La Nyalla dalam visi dan misinya diyakini dapat mengembangkan sepakbola Indonesia di masa depan ke arah yang semakin baik dengan basis pembinaan yang tepat.