Sports Arena – Petenis putri Ceko, Petra Kvitova, menyabet gelar pertama Miami Open 2023 setelah mengalahkan Elena Rybakina 7-6 (14), 6-2, di final yang berlangsung Sabtu, (1/4).
Petenis 33 tahun, lebih tua sepuluh tahun dari lawannya, bermain berani untuk memastikan gelar ke-30 dalam kariernya, trofi WTA 1000 kesembilan.
“Pengalaman memainkan peran yang bagus dalam pikiran saya,” kata Kvitova kepada wartawan usai pertandingan.
Terkini:
- Desakan Erick Thohir Mundur Kian Gencar
- Cantiknya Lania Fira Ketika Berolahraga, Bikin Kaum Adam Terpesona
- Tersulut Emosi, Conor McGregor Tantang Carl Froch Bertinju
“Saya memainkan begitu banyak final. Saya tahu saya bermain bagus di final, tidak peduli siapa yang saya hadapi. Secara mental, sangat penting bagi saya tahu itu.”
Mantan petenis nomro dua dunia yang sempat mempertimbangkan untuk pensiun dari tenis tahun lalu, mengaku pertandingan dua pekan di Miami setelah sebelumnya mencapai perempat final Indian Wells membuatnya sangat bahagia dan lelah.
Bagi Rybakina, kekalahan atas Kvitova, menghentikan 13 kemenangan beruntun dari juara Indian Wells. Hasil itu juga mengakhiri harapannya untuk mengklaim “Sunshine Double” dengan memenangkan kedua pertandingan lapangan keras tersebut.”
“Ini sangat berarti,” kata Kvitova. “Anak-anak muda datang setiap saat. Sulit mengadapi mereka. Sangat melelahkan,” ucapnya sambil tersenyum.
Kemenangan itu membuat Kvitova menjadi perempuan tertua kedua yang menjadi juara di Miami Open, setelah Serena William pada 2015. Dengan hasil itu, dia akan kembali ke peringkat sepiluh besar untuk pertama kalinya sejak September 2021.
Sebelumnya, juara Wimbledon dua kali ini menjadi berita utama setelah dia berbicara usai laga semifinal, menyatakan bahwa dia menentang keputusan Wimbledon mencabut larangan bermain terhadap pemain Rusia dan Belarusia di tengah invasi Moskow yang sedang berlangsung ke Ukraina.
“Saya sangat menghargai bahwa Wilbledon tidak melakukan itu tahun lalu,” kata dia, Jumat, 31 Maret 2023.
Penyelenggara Wimbledon mengaku itu adalah keputusan yang sangat sulit dan bahwa mereka mengutuk invasi ilegal Rusia, di mana negara tersebut menyebut tindakannya sebagai operasi militer khusus.
Lebih jauh, Petra Kvitova menilai atlet dari negara-negara tersebut juga tidak boleh berkompetisi di Olimpiade Paris, di mana Komite Olimpiade Internasional belum mengumumkan kebijakannya untuk ajang tersebut.