Sports Arena – Turnamen sepak bola tahunan Bina Jaya Cup ke-XXVI 2025 kembali menyita perhatian para pengamat sepak bola nasional. Ajang bergengsi yang menggunakan sistem gugur ini kembali dipenuhi para pemain berlabel nasional, menjadikannya magnet tersendiri di kancah sepak bola akar rumput Indonesia.
Salah satu laga yang mencuri perhatian adalah pertemuan antara 168 FC, tim kuda hitam yang dijuluki “Bombardir”, melawan Dangdut FC di Lapangan Latus Jaya, Kedaung, Pamulang, pada Kamis (17/7).
Pertandingan ini disebut sejumlah pengamat layaknya laga “derby” karena kedua tim dinilai memiliki kekuatan dan strategi yang seimbang. Tak hanya itu, komposisi pemain di kedua tim juga diperkuat oleh sejumlah nama besar, termasuk pemain-pemain nasional dari masa lalu yang kini kembali menunjukkan kualitasnya.
Berita Terkini:
- Megawati Hangestri Gabung Klub Turki
- Jadon Sancho Merapat ke Juventus, Rodrygo Dilirik PSG
- Kebangkitan Novak Djokovic Melangkah ke Perempat Final Wimbledon
Skuad 168 FC, yang memiliki ikatan dengan figur publik berjulukan Dewa Motocross Indonesia, tampil percaya diri menghadapi strategi bertahan Dangdut FC yang sangat disiplin. Strategi gelandang bertahan lawan pun perlahan mulai mereka bongkar dengan serangan cepat dan pergerakan lincah yang sulit dibaca.
Meski sempat berlangsung keras dan bahkan brutal pada babak pertama karena dominasi pemain muda Super League di tubuh Dangdut FC, 168 FC tidak terpancing. Mereka bermain sabar dengan tetap menjaga ritme dan memantau celah.
“Babak pertama menjadi bahan evaluasi,” ujar manajer tim, Jhon Sueb, yang kemudian menginstruksikan perubahan formasi secara total demi mengecoh pertahanan rapat Dangdut FC.
Perubahan tersebut mulai berbuah hasil di babak kedua. Kolaborasi apik antara Gunawan Dwi Cahyo, eks pemain bertahan timnas Indonesia, dan M. Taufik, gelandang asal Tarakan, menjadi kunci serangan 168 FC. Keduanya tampil dominan sebagai playmaker dan mampu mendistribusikan bola dengan baik ke lini depan.
Dominasi penguasaan bola mulai berpihak ke 168 FC. Umpan-umpan panjang dan manuver penyerang sayap membuat lini belakang Dangdut FC kerepotan, terutama saat harus mengawal Mevans, striker andalan 168 FC.
Lewat kombinasi dengan Antonius Tommy, Mevans mencetak gol pembuka 168 FC setelah menerima umpan terukur di zona serang tengah. Kekacauan di lini belakang Dangdut FC terus dimanfaatkan Mevans di menit-menit krusial. Ia kembali terlibat dalam kerja sama apik bersama Amarzuki, pemain yang dijuluki “Si Pitung” dari Persija, dan menampilkan permainan cepat ala “tiki-taka”.
Pertahanan Dangdut FC yang diprediksi akan menyerang balik justru lumpuh di lini belakang. Situasi itu dimanfaatkan Lutfi Kamal, mantan pemain Timnas Indonesia U-19, yang berposisi sebagai inverted winger. Dalam posisi nyaris offside, ia menyundul bola dengan tajam dan menambah keunggulan menjadi 2-0.
Sampai peluit panjang dibunyikan, skor 2-0 tidak berubah. 168 FC pun keluar sebagai pemenang dan mengamankan langkah ke fase berikutnya di Bina Jaya Cup 2025.
“Skema yang dimainkan skuad 168 FC di babak kedua tak hanya sekadar mengunci permainan Dangdut FC, tapi juga memforsir fisik para pemain belakang,” ujar Mevans dan Amarzuki dari ruang ganti.
“Membongkar strateginya tak jauh beda mengulang kisah,” tambah mereka. “Dulu sempat bertanding dengan bapaknya, sekarang berganti lawan anaknya,” sambung dua pemain yang disebut sebagai legenda itu sambil tersenyum.
Kemenangan ini kembali menegaskan pesona 168 FC di mata publik. Komentar pedas dan penuh makna pun terdengar dari tribune penonton.
“Pengalaman justru yang berbicara, menundukkan ego pemain muda. Sebab, pengalaman tak butuh diceritakan, tapi sesekali perlu ditampilkan untuk membungkam lawan!.”
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Sports Arena, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Twitter dan TikTok.











