Sports Arena – Casey Stoner, juara dunia MotoGP dua kali, punya pandangan menarik soal dominasi Marc Marquez di Ducati musim 2025. Menurutnya, kunci keberhasilan Marquez justru ada pada gaya balap ala generasi lama yang masih paham cara bermain dengan grip dan elektronik.
Musim ini benar-benar jadi panggung Marquez. Dari 14 seri yang sudah berlangsung, ia menang 10 kali di grand prix termasuk tujuh race terakhir secara beruntun, plus 13 kemenangan sprint.
Keunggulannya di klasemen bahkan sudah tembus 175 poin. Tak heran, Marquez berpotensi mengunci gelar juara dunia 2025 lebih cepat, tepatnya di San Marino pada September mendatang.
Berita Terkini:
- Marc Marquez Siap Patahkan Kutukan Red Bull Ring
- PSG Juara Piala Super Eropa 2025 Berkat Keberuntungan
- Indonesia Calonkan Diri Jadi Tuan Rumah Piala Dunia Futsal 2028
Namun, Stoner menilai Marquez belum mengeluarkan seluruh kemampuannya. Ia mengatakan pembalap Spanyol tersebut masih bisa lebih oke lagi.
“Itu karena caranya memanfaatkan elektronik, gaya yang sebenarnya sudah ia kembangkan sejak awal turun di kelas utama,” kata Stoner kepada TNT Sports.
“Musim ini benar-benar soal dominasi Ducati dan Marc Marquez. Saya rasa tidak ada yang benar-benar menduga situasinya bakal seperti ini.”
“Sejak awal musim semua bilang Marc akan bagus. Tapi sebaik ini? Saya kira tak ada yang memprediksi. Tahun lalu dia memang sudah di Ducati, tapi masih adaptasi, masih berjuang dengan kondisi bahunya.”
“Jujur saya tak menyangka dominasinya bakal sebesar ini. Sekarang rasanya dia melawan semua orang sendirian.”
Stoner merasa Marquez justru terlihat lebih santai. Pembalap yang identik dengan 93 tersebut tampil percaya diri dalam setiap seri yang dilangsungkan.
“Kalau dilihat dari cara balapnya, dia jelas tidak tampil habis-habisan. Dan menurut saya, itu salah satu kuncinya,” ucapnya.
Selain itu, Stoner membandingkan Marquez dengan Dani Pedrosa yang sempat turun sebagai wildcard. Ia mengatakan kedua pembalap tersebut punya gaya yang serupa.
“Marc dan Dani, meski tidak rutin balapan, masih bisa menunjukkan betapa cepatnya mereka. Itu karena generasi lama masih tahu bagaimana mencari grip, masih tahu bagaimana mengendalikan motor tanpa terlalu bergantung pada elektronik.”
Sementara generasi pembalap baru, Stoner, menilai cenderung hanya mengikuti setelan dari mekanik. Oleh karena itu, mereka jadi kurang menyatu dengan motor yang dikendarainya.
“Sekarang tinggal pelintir gas, perangkat ride height otomatis bekerja, hampir tidak ada yang manual. Marc masih punya insting untuk membaca level grip, dia bisa lebih dulu mengantisipasi apa yang akan terjadi di trek. Ditambah dukungan elektronik, dia bisa menemukan kecepatan yang tidak bisa dicapai pembalap lain.”
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Sports Arena, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Twitter dan TikTok.