Sports Arena – Musim MotoGP 2025 menjadi kontras bagi dua rider Ducati. Di saat Marc Marquez tampil dominan hingga merebut gelar juara dunia, Francesco Bagnaia justru mengalami musim yang jauh dari ekspektasi dan berujung kegagalan total.
Bagnaia memasuki musim dengan status salah satu rider paling sukses dalam beberapa tahun terakhir. Meski gagal mempertahankan gelar pada MotoGP 2024 yang direbut Jorge Martin, ia tetap menutup musim tersebut sebagai runner-up dengan catatan kemenangan terbanyak, yakni 11 balapan.
Situasi berubah drastis ketika Marc resmi bergabung dengan tim pabrikan Ducati. Banyak pihak memprediksi persaingan internal ketat antara Marc dan Bagnaia, namun yang terjadi justru sebaliknya.
Berita Terkini:
- Indonesia Yakin Raih Peringkat 3 di SEA Games 2025
- Enzo Maresca Murka, Delap Disebut Sangat Bodoh
- Harapan Podium Buyar, Ban Bocor Hentikan Laju Bagnaia
Sepanjang musim, Bagnaia hanya mampu memenangi dua balapan utama dan kerap kesulitan menembus podium. Ia pun harus puas mengakhiri musim di posisi kelima klasemen akhir.
Sebaliknya, Marc tampil nyaris tanpa cela dengan torehan 11 kemenangan grand prix dan mengunci gelar juara dunia saat masih menyisakan empat seri.
Sorotan terhadap kegagalan Bagnaia turut datang dari Paolo Simoncelli, tokoh balap motor Italia sekaligus ayah dari mendiang Marco Simoncelli. Ia menilai Bagnaia tidak siap menghadapi level persaingan yang dibawa Marc ke dalam tim.
“Dia tidak siap dengan seorang rekan setim yang sangat tangguh. Pecco kan datang dari kelompoknya Valentino Rossi, dan setelah mendengar semua yang mereka katakan di sana, dia meremehkan Marquez,” kata Paolo Simoncelli kepada Corriere della Sera.
Simoncelli menambahkan, pengalaman Bagnaia di musim sebelumnya bisa jadi membuatnya salah perhitungan saat menghadapi Marc di garasi yang sama.
“Di tahun sebelumnya [2024], dia gagal juara dunia meskipun memenangi 11 balapan grand prix. Pecco mungkin berpikir, ‘Apa yang harus kulakukan hanyalah jatuh lebih sedikit’, tapi Marc itu kan monster di atas lintasan dan itu membuat dia panik.”
Lebih lanjut, Simoncelli menegaskan sejak awal dirinya sudah meyakini Marc akan menjadi pembalap terkuat di lintasan, terlepas dari situasi tim maupun tekanan persaingan.
“Saya sudah tahu bahwa Marc adalah yang terkuat, saya selalu suka dengan dia; dia itu balapan dan berpikir seperti almarhum putra saya, dia tidak pernah menyerah dan selalu berusaha,” ucapnya.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Sports Arena, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Twitter dan TikTok.










