Sports Arena – Calon Ketua Umum PSSI 2023-2027, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti menyinggung program yang dijalankan federasi Jepang untuk meningkatkan kualitas sepakbola.
Menurutnya Jepang yang sepakbolanya sudah maju masih memfokuskan soal pengembangan sepakbola di semua sektor.
Hal itu ia paparkan dalam kegiatan pemaparan visi misi kepada para voters di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (7/2).
Terkini:
- Leo/Daniel Tembus Peringkat 10 Besar Dunia
- La Nyalla: Pembangunan Sepakbola Harus Dimulai dari Akar Rumput
- Federal Oil Ajak Tim Gresini Racing Sapa Penggemar MotoGP di Indonesia
“Presiden JFA saat itu, Saburo Kawabuchi, mengumumkan target federasi: Yaitu menjadi Juara Piala Dunia di tahun 2050. Untuk mencapai target tersebut tahapan penting yang dilakukan Jepang adalah memastikan semua program football development berjalan sesuai standar kualitas dalam koridor technical development,” kata La Nyalla.
Untuk ke arah itu, La Nyalla ingin ke depan Indonesia juga benar-benar fokus pada pengembangan pesepakbola mulai dari usia dini, remaja hingga liga profesional.
Selain itu, kata dia, kualitas pelatih, wasit, dan football family lainnya juga harus ditingkatkan. Pelatih benar-benar jadi hal utama pula untuk meningkatkan kualitas pesepakbola.
La Nyalla mengatakan Jepang hari ini memiliki lebih banyak pelatih berlisensi A-AFC dibanding negara-negara di Asia lainnya.
Dampaknya adalah jutaan anak-anak Jepang mendapat program latihan yang lebih berkualitas dibanding anak-anak di negara Asia lainnya.
“Ketika semakin banyak orang bermain sepakbola di level terendah, maka kualitas di level tersebut akan semakin meningkat. Meningkatnya kualitas di level akar rumput ini, otomatis akan meningkatkan pula kualitas di level-level yang lebih tinggi. Dari situ kemudian prestasi akan bisa diraih,” ujar La Nyalla.
Berkaca dari pembinaan sepakbola yang dilakukan Jepang, pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD RI tersebut apabila dirinya terpilih memimpin PSSI, ia ingin Asprov PSSI bisa menjalankan pengembangan sepakbola mulai dari usia dini, pelatih dan wasit.
Bahkan format Liga 3 harus dilaksanakan lebih lama yakni 10 bulan dan setiap klub-klub di daerah minimal mendapatkan 30 pertandingan untuk mengasah kemampuan pemain muda.
“Asprov PSSI dalam konteks football development harus mampu menjadi Agen Persemaian Bibit-Bibit Pemain, Pelatih dan Wasit. Sehingga secara positif akan tumbuh pemain-pemain muda dan klub amatir di daerah,” ujar La Nyalla.
“Asprov PSSI menjadi sentra bagi Football Family di daerah. Baik di tingkat Askot atau Askab, Klub, Akademi hingga SSB. Untuk itu, Asprov PSSI mutlak menjalankan Kompetisi Liga 3 dengan High Quality sesuai benchmarking technical development. Yang kita kenal dengan istilah; Sepuluh Tiga Puluh,”
“Yaitu kompetisi Liga 3 harus dilaksanakan dalam waktu 10 bulan, dan setiap klub harus bertanding secara kompetitif sebanyak 30 kali dalam satu musim kompetisi,” pungkasnya.
Seperti diketahui, La Nyalla kini tengah bersaing bersama empat calon Ketua Umum lainnya untuk memperebutkan pimpinan PSSI periode 2023-2027.
Kongres Luar Biasa (KLB) atau Kongres Pemilihan PSSI akan diadakan pada 16 Februari mendatang di Jakarta.
Jumlah pemilik suara atau voters yang menentukan siapa yang menjadi Ketum dan Exco PSSI sebanyak 87 anggota yang terdiri dari 34 Asprov, 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, Federasi Futsal Indonesia dan dua asosiasi (Asosiasi Sepakbola Wanita dan Asosiasi Pelatih).