Sports Arena – Legenda sepakbola nasional, Dede Sulaiman, menilai naturalisasi pemain yang dilakukan PSSI menjadi bukti buruknya pembinaan sepakbola di Indonesia.
Menurut Dede, pondasi yang terkuat adalah pembinaan di usia muda. PSSI dinilai hanya mau instan saja dengan naturalisasi, padahal dalam olahraga tidak ada yang instan.
”Naturalisasi adalah buruknya pembinaan sepak bola Indonesia. Kalau kualitas oke, kita juga salut, tetapi selama ini tidak ada apa-apanya tuh. Naturalisasi di Indonesia gak benar karena pembinaan tidak jalan,” kritik Dede Sulaiman saat silahturahmi legenda sepakbola nasional bertajuk We Are Fooball Family di Pancoran Soccer Feild, Jakarta, (7/2).
Terkini:
- Luar Biasa! Leo/Daniel Juara Lagi di Thailand Masters 2023
- Manchester City Takluk, Harry Kane Ukir Rekor
- Kyrie Irving Akhirnya Tinggalkan Brooklyn Nets
Hal ini dikatakannya karena pengurus PSSI saat ini kurang baik dan kurang berkualitas. Pasalnya, di bawah Direktur Teknik tidak ada satu pun mantan pemain timnas Indonesia. Padahal di mana-mana pasti ada.
”Contohnya di bawah Direktur Teknik, Indra Sjafri, membawahi youth education yang ada Yeyen Tumena. Lalu ada youth development, ada Mundari Karya,”
Youth development cuma dia sendiri, tidak ada mantan pemain lain, tidak akan jalan sampai kapan pun.
Yang paling parah lagi pembinaan tim nasional di bawah Direktur Teknik, menurutnya tidak mantan pemain sepakbola. Makanya jangan bicara sepakbola Indonesia mau maju.
Semua bicara lisensi, padahal yang namanya youth development dan grassroot butuh mantan pemain. Dengan ini maka ada contoh untuk passing, long passing, dribel, shooting, pasti benar. Bukan dilihat lisensinya.
Dia menambahkan, kepelatihan juga sangat miris. Contoh ada teman yang sudah punya lisensi A dan A Pro. Namun apa yang mau dilatih, karena di Liga banyak pemain asing.
“Mau dibawa kemana sepakbola Indonesia kalau begini caranya,” pungkasnya.
Ia juga mengatakan, kompetisi sepak bola saat ini sudah benar dengan adanya Liga 1 dan pelapisnya, Liga 2 dan 3. Tapi hendaknya, pemain yang berkiprah di Liga 2 dan 3 harus ada pembatasan usia.
“Pemain di Liga dua dan tiga adalah cikal bakal pengganti pemain di Liga.
“Bukan seperti sekarang ini pemain Liga II dan Liga III masih diperkuat oleh pemain tua,” tandasnya lagi.
Menurutnya masih banyak yang harus dibenahi dalam tubuh PSSI agar sepakbola kita bangkit dari keterpurukan seperti saat ini.
Anjas Asmara Kritik Shin Tae-yong
Sementara itu, legenda timnas Indonesia, Anjas Asmara, memberikan kritikan pedas kepada PSSI dan pelatih skuad Garuda Shin Tae-yong.
Pria asal Medan, Sumatra Utara, itu meminta pengurus PSSI saat ini dibubarkan saja.
Dari segi pandangannya, kinerja PSSI saat ini tidak membawa timnas Indonesia mendapatkan prestasi membanggakan.
Salah satunya, timnas Indonesia gagal menjadi juara Piala AFF 2022.
Selain itu, PSSI juga tidak mendatangkan negara-negara top dunia untuk berujicoba melawan timnas Indonesia.
Padahal menurut mantan pemain Persija Jakarta itu, uji coba melawan negara berkelas akan memberikan warna baru kepada timnas Indonesia.
“Prinsipnya bubarkan PSSI, bobrok sekali.”
“Dulu semua tim dari Eropa bermain ke Indonesia melawan kita-kita ini tapi sekarang PSSI mengundang tim sepakbola entah dari mana datangnya, masa kita seperti ini sekarang,” kata Anjas Asmara saat ditemui awak media.
Ada delapan poin yang disebutkan Anjas Asmara terkait kritikan pedas kepada PSSI.
Poin pertama, bubarkan PSSI, kedua Tragedi Kanjuruhan, ketiga ada kerajaan di Federasi Sepak Bola Indonesia itu.
Poin keempat Ketua Umum PSSI saat ini tidak mengerti sepak bola, kelima banyak orang yang berbondong-bondong mau jadi pengurus PSSI.
Keenam, juara Liga 1 sudah diatur, ketujuh masyarakat Indonesia kecewa dengan PSSI.
Dan terakhir ia berbicara tentang Shin Tae-yong.
Anjas Asmara lebih menyoroti perihal adanya kerajaan di PSSI.
Ia mengatakan orang-orang yang saat ini bekerja di PSSI itu hanya memikirkan gaji, bukan prestasi.
Padahal seharusnya, lanjut Anjas Asmara, mereka itu harus berkorban demi masyarakat Indonesia agar bisa membawa tim Merah Putih berprestasi.
Namun situasi itu tidak sesuai harapan dari Anjas Asmara. Mochamad Iriawan tidak mundur dan posisinya baru digantikan pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada 16 Februari 2023.
“Setelah Tragedi Kanjuruhan, seharusnya itu mundur bukan cari kesalahan orang,” ucap Anjas Asmara.
“Lalu saja juga menilai seperti ada kerajaan di PSSI. Sebut saja Ferry Paulus, Yunus Nusi, Iwan Budianto, Juni Rachman, kondisi seperti ini tidak ada prestasinya.”
Tidak hanya PSSI, Anjas Asmara juga memberikan kritikan pedas kepada Shin Tae-yong.
Ia senang dengan pola latihan fisik yang terus diterapkan di timnas Indonesia. Hanya saja, ia kecewa ketika melihat permainan timnas Garuda.
Menurutnya, permainan timnas Indonesia masih grasak-grusuk.
“Kita tidak punya striker yang bagus, Marc Klok tidak pernah melepaskan tendangan dari luar kotak penalti, permainan tiki taka tidak pernah terlihat.”
“Shin Tae-yong jangan dia pikir hebat bisa kalahkan Jerman.”
“Coba lihat selama 90 menit waktu itu Korea Selatan bermain bertahan dan parkis bus, tidak menyerang sama sekali,” tutupnya.