Sports Arena – Jannik Sinner membalikkan naskah dan membalas luka lama. Hanya berselang 35 hari setelah dikalahkan Carlos Alcaraz di final French Open, petenis Italia itu menuntaskan misinya dengan gemilang dengan merebut gelar Wimbledon 2025.
Sinner menundukkan juara bertahan Alcaraz dalam pertarungan empat set, 4-6, 6-4, 6-4, 6-4 di Centre Court, Minggu (13/7). Kemenangan tersebut sekaligus mengukir sejarah sebagai petenis Italia pertama yang juara Wimbledon di era Open.
Pertandingan ini bukan sekadar duel dua petenis papan atas dunia, tapi juga simbol pergeseran kekuatan dalam generasi emas tenis. Sinner, yang kini berstatus petenis nomor satu dunia, tampil impresif sejak awal laga.
Berita Terkini:
- Megawati Hangestri Gabung Klub Turki
- Jadon Sancho Merapat ke Juventus, Rodrygo Dilirik PSG
- Kebangkitan Novak Djokovic Melangkah ke Perempat Final Wimbledon
Tampil di hadapan Pangeran dan Putri Wales beserta anak-anak mereka, George dan Charlotte, Sinner menunjukkan kelasnya. Gelar Wimbledon ini juga melengkapi koleksi empat gelar Grand Slam yang diraihnya, setelah dua kali juara Australian Open dan sekali di US Open.
Bagi Sinner, kemenangan ini lebih dari sekadar angka dan trofi. Di balik selebrasi, ada cerita personal dengan sang pelatih Darren Cahill yang sempat berencana pensiun di akhir musim.
“Kami membuat pertaruhan sebelum final. Saya mengatakan kepadanya bahwa jika saya menang, saya bisa memilih apakah dia bisa bertahan di akhir musim atau tidak. Kini, pilihannya ada di tangan saya,” kata Sinner.
Cahill, pelatih asal Australia yang pernah menangani nama-nama besar seperti Andre Agassi, Lleyton Hewitt, dan Simona Halep, bergabung dengan tim Sinner sejak Juli 2022. Bersama Simone Vagnozzi, ia menjadi bagian penting dari perkembangan Sinner hingga mencapai puncak dunia tenis.
“Saya selalu mencari orang jujur yang memberi saya begitu banyak hal, tidak hanya di lapangan tenis, tetapi juga dalam kehidupan nyata, baik dalam kesuksesan maupun kekecewaan. Ia hebat dalam hal itu,” tuturnya.
Masa depan Cahill di sisi lapangan Sinner belum sepenuhnya pasti. Meski telah “kalah taruhan”, pelatih berusia 58 tahun itu kemungkinan akan mengurangi frekuensi bepergian di musim depan.
“Jika saya memilih untuk tetap bersamanya, dia mungkin tidak akan terlalu sering bepergian lagi, itu normal. Saya selalu bilang padanya bahwa saya ingin dia berada di Australia, karena semuanya berjalan dengan baik. Lagipula, musim ini masih panjang, masih banyak turnamen yang harus dilakoni, dan saya masih akan sering bertemu dengannya. Tetapi saya menang taruhan, sekarang kita lihat saja,” ucapnya.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Sports Arena, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Twitter dan TikTok.